Masyarakat Bali cukup berbangga hati. Karena kesenian Tradisional Bali hingga saat ini masih bertahan dengan kokohnya di tengah derasnya gerusan Budaya asing dan tekhnologi yang masuk dan di adaptasi di Indonesia. Seni Tari Tradisionil, Bondres, Arja, Drama Gong , lagu-lagu Bali dan lain-lain masih menjadi primadona tontonan masyarakat Bali.
Bahkan khusus untuk Drama Gong, setiap kali digelar pada acara tahunan Pesta Kesenian Bali selalu mendapat perhatian khusus dengan jumlah penonton yang membludak. Pernah ada sebuah rumor yang mengatakan bahwa satu-satunya acara TVRI Bali yang bisa mengalahkan Film “Mission Imposible” adalah Drama Gong. Jadi, meskipun acara TV swasta lainnya sebagus apapun, saat Drama Gong diputar di TVRI Bali, hampir semua masyarakat Bali pindah Channel untuk melihat Drama Gong.
Drama Gong yang diciptakan pada tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase (Gianyar) ini sebenarnya merupakan seni kesenian tradisional Bali yang mencampurkan unsur-unsur teater modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali) seperti Sendratari, Arja, Prembon dan Sandiwara dimaksudkan sebagai sebuah prembon diiringi oleh Gong Kebyar.
Pada awalnya Drama Gong dinamakan "drama klasik" namun dalam perkembangannya oleh I Gusti Bagus Nyoman Panji kemudian diberi nama Drama Gong disesuaikan dengan dua unsur baku yang diusungnya (drama dan gamelan gong.
Cerita Drama Gong terutama diambil dari cerita Panji. Cerita-cerita ini menceritakan tentang cobaan dan kesusahan seorang pangeran atau putri yang berlangsung di beberapa kerajaan Jawa kuno seperti Koripan, Daha, dan Singosari. Lakon-lakon paling popular drama gong saat ini adalah :
- Raja manis
- Raja buduh
- Putri manis
- Putri buduh
- Raja tua
- Permaisuri
- Patih keras
- Patih tua
- Dua pasang punakawan (sering diperankan oleh Petruk, Lolak dan lain-lain.
Tidak seperti wayang, Bondres, topeng dan Arja yang menggunakan Bali Klasik, Drama Gong lebih flexible dengan kostum Bali modern yang bervariasi berdasarkan jenis kelamin dan status sosial karakter. Wanita mengenakan sarung, blus tradisional dan selempang.
Ratu memakai emas dan bunga segar di rambutnya sedang pemeran Pria memakai sarung, hiasan kepala dan sebuah keris. Raja atau pangeran mengenakan sarung emas, hiasan kepala emas dan keris emas. Badut memakai sarung hitam, ikat pinggang kotak-kotak dan topi batik.
Drama Gong adalah hiburan murni. Berlangsung selama sekitar 5 sampai 6 jam, dialog Drama Gong adalah lelucon Bali. Drama Gong juga berisi ajaran agama dan filosofis, di mana perjuangan yang tak pernah berakhir kebajikan melawan kejahatan. Drama Gong juga mendorong berpikir kritis, sebagai lelucon terutama pada isu-isu sosial dan politik baru-baru ini, kelemahan manusia.
Selain sering dipentaskan dalam berbagai acara adat di Banjar maupun dalam upacara adat lainnya, seperti halnya ketoprak maupun drama kesenian tradisional lainnya di Indonesia yang dipentaskan secara komersil, dalam berbagai kesempatan Drama Gong juga dipentaskan untuk pertunjukan komersil.
Bahkan saat ini Drama Gong menjadi acara tetap di stasiun local Bali. Saat ini ada sekitar 6 buah sekaa Drama Gong yang masih aktif. Yaitu, Drama Gong Bintang Bali Timur, Drama Gong Duta Budaya Bali, Drama Gong Dewan Kesenian, Drama Gong Dwipa Sancaya.
3 comments on "Drama Gong"
Nampaknya, untuk menonton drama ini, aku mesti bisa nonton Bali TV dulu ya?
kesenian budaya memang harus dilestarikan karena itu adalah budaya bangsa yang sangat bernilai...
Saya jadi kangen dengan tontonan semacam ini.....btw Apakah acara seperti ini masih eksis?? dilihat dari segmen pasar penonton yg lebih cenderung dengan acara gosip...
Post a Comment
Thank for dropping comment here
Please do not make spam comments
Because spam comments will be removed