Monday 26 July 2010

Pariwisata Bali tak Ramah Pada Wisatawan Dalam Negeri?


Pariwisata Bali tak Ramah Pada Wisatawan Dalam Negeri?
Saya sering banget mendengar keluhan dari teman-teman daerah lain bahwa acapkali mereka datang ke Bali mereka justru mendapat perlakuan yang kurang ramah dari pelaku Pariwisata di Bali. Baik itu petugas Bandara Ngurah Rai, sopir Taxi maupun dari art shop yang menjual pernak pernik khas Bali.

Hal ini terasa sekali ketika memasuki kawasan Pariwisata Bali di daerah Kuta, Sanur dan Nusa Dua. Toko-toko penjaja souvenir sering memasang muka masam dan melayani secara ogah-ogahan bila yang belanja turis lokal. Bahkan seringkali mereka mendiamkan atau ditinggal pergi begitu ada turis manca Negara yang memasuki tokonya.

Entah apa yang menjadi penyebabnya, tapi yang jelas perlakuan itu jauh berbeda dengan perlakuan kepada turis mancanegara. Seakan-akan bila turis mancanegara yang datang di sambut bak tamu agung yang bakalan mendatangkan keuntungan.

Saya pernah melihat tayangan di sebuah stasiun televise swasta dalam program “Jelajah” episode ke Bali. Pembawa acaranya keluar dari sebuah toko kaos surfing di daerah Kuta dengan mengatakan “ penjaganya judes!”

Begitu juga ketika ia menyusuri sepanjang jalan di Kuta, menurutnya tak satupun penjaga toko yang mau memperhatikan kalo pembelinya adalah turis lokal.


Pariwisata Bali tak Ramah Pada Wisatawan Dalam Negeri?

Kenapa ya?

Apakah memang menurut mereka turis lokal itu lebih menyebalkan ketimbang turis asing? Kalo menawar gak tanggung-tanggung? Kalo belanja lebih sedikit? Gak pernah kasih uang tips? Ataukah memang turis lokal lebih cerewet ketimbang turis manca Negara?

Saya punya paman seorang musisi Reggae yang kerap tampil di café-café di Bali. Menurutnya, bila turis lokal masuk ke kafe, sikapnya kadang suka kampungan. Rame-rame ketawa ketawa, sok borju tapi beli minum 1 gelas untuk berlima.

Anggapan miring seperti itulah yang kadang kerap memberi kesan seolah-olah Pariwisata Bali tak ramah kepada Wisatawan dalam negeri.

Padahal jika dipikir-pikir, wisatawan dalam negeri potensinya sangat besar. Bayangkan saja, ketika pasca Bom Bali tahun 2004 lalu. Pariwisata Bali begitu terpuruk. Hampir semua hunian hotel di Bali tak lebih dari 10 % bahkan kurang. Banyak Art Shop yang gulung tikar. Turis manca Negara tak ada yang berani ke Bali.

Satu-satunya penolong Pariwisata Bali adalah turis lokal. Selain mereka merasa murah berwisata ke Bali, juga mereka masih merasa nyaman datang ke Bali. Mereka juga tak ada travel warning di negerinya sendiri.

Seandainya pelaku Pariwisata Bali lebih sadar untuk memanfaatkan potensi Wisatawan dalam negeri yang jumlahnya bisa lebih banyak, maka dalam keadaan apapun Pariwisata Bali akan tetap kokoh berdiri.

Meski upaya mendatangkan devisa dari wisatawan mancanegara dengan promosi yang gencar tetapi jangan dilupakan juga untuk tetap memperhatikan potensi wisatawan lokal. Caranya, ya tentu saja dengan memperlakukan Wisatawan Dalam Negeri sama ramahnya seperti kita memperlakukan Wisatawan Asing.

Anda pernah ke Bali dan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari Pelaku Pariwisata Bali?

Semoga hal itu tidak lantas menyurutkan niat anda untuk tetap datang ke Bali dan menikmati keindahan alam dan budayanya. Karena pesona Bali pasti tak akan terlupakan terutama gadis Bali yang bernama ITIK Bali :D

14 comments on "Pariwisata Bali tak Ramah Pada Wisatawan Dalam Negeri?"

Wawan Junaidi on 26 July 2010 at 17:32 said...

Keren dah Tulisannya,,Ajarannya si datuk nih,,,
waka waka ee

Itik Bali on 26 July 2010 at 17:42 said...

@ Wawan : aku kan emang dari dulu udah keren :D

ntiems on 26 July 2010 at 17:58 said...

template baru nihh... pengen ke bali... itik ajak aku ke bali donk!!!

rawins on 26 July 2010 at 18:47 said...

sekarang produk lokal memang banyak dilecehkan di negeri sendiri. sabar... sabar...

pak tani dan sang sapi on 26 July 2010 at 21:03 said...

wah belom pernah kebali mba jadi saya tak tau...
ikut baca" aja ya mba

Fanda on 26 July 2010 at 21:43 said...

Memang sering masyarakat kita kurang menghargai bangsa sendiri ya. Padahal kalo aku lihat di Jerman dan Perancis, mereka begitu menghargai rakyat sendiri. Amalahan aku yg waktu itu merasa nelangsa, jadi turis asal Asia kok kurang dihargai, hehehe...

Jhoni20 on 26 July 2010 at 22:14 said...

hehehehehehe............seharusnya ayu jadi staf di dinas pariwisata ya.............

tapi bener yu saya ja kadang ke kuta minta dibentak dulu tu dagang baru mau merhatiin......heheheheheheh

EYANG RESI 313 on 26 July 2010 at 22:15 said...

itu semua sebagai pembelajaran para produsen produk dalam negeri yang juga harus lebih inovatif atas kreasinya, karena produk yang unik dan di kemas dalam penyajian yang lebih baik, dalam menjadikan peminat bertamabah.

Salam dan sukses selalu untuk sahabatku.

Jabon on 27 July 2010 at 00:47 said...

ngak dimana aja kalo kita udah merasa diremehkan... owghhhhhh.....

alumnidarulamanah on 27 July 2010 at 00:50 said...

waduchhhh.. cerita bali
aku lom pernah ke bali.. hehe
hmmm........pengennnnnnnddd banghet

Jabon on 27 July 2010 at 00:51 said...

biar aja... ntar kalo turis lokal ngak di baek-baekin di bom lageeeeee
hakakakaka

AzHis Jhie on 27 July 2010 at 10:40 said...

Lhoo....ganti penampilan ya Tik ???
ehhh...sekali2 undang gw ke bali dunkk..
aQ baru 1x ke sana...
xixixix

AzHis Jhie on 27 July 2010 at 10:43 said...

moga karena turis lokal dianggap miskin2 kali ya....
Pemerintah memang harus memperhatikan hal ini. Kalau bukan wisatawan lokal, siapa lagi.

-Gek- on 27 July 2010 at 15:56 said...

abis.. bisnis Bali udah banyak dimiliki oleh orang yang bukan orang Bali. (!!!!!)

Biar bagaimana, rakyat kecil pun tau itu.. *sigh!
Bagi akyu, wajar aja mereka gitu yuk.. karena mereka merasa miskin di Pulau yang katanya.. Pulau Dewata, Surga Dunia.. gitu lo..

Coba kita pikirkan lbih dalam lagi....

Post a Comment

Thank for dropping comment here
Please do not make spam comments
Because spam comments will be removed

Blog Archive

 

Beauty Case Copyright 2009 Fashionholic Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting