Friday 14 May 2010

Sri Mulyani dan Kesetaraan Gender




Barangkali saat ini sedikit basi kalo ngomongin masalah Sri Mulyani ditengah maraknya berita yang lebih gencar seperti kasus penangkapan Susno Duadji atau Penangkapan teroris di Bekasi Jawa Barat.

Sebenernya sih intinya saya bukan lagi pengin ngomongin Ibu yang pinter ini atas masalah Bank Century dan keputusannya yang dianggap controversial dengan mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan RI dan menerima pinangan World Bank untuk menduduki jabatan sebagai Director of World Bank Group di Washington DC.

Tapi justru komentar-komentar yang acapkali muncul di media-media massa tentang beliau ini. Komentar-komentar yang sok tahu, yang membela sikap Sri Mulyani sepertinya mengenal betul Sri Mulyani itu seperti apa, kehidupannya seperti apa, dan apa yang tengah dirasakan, pokoknya macam curhatan abieeesss deh.

Atau komentar-komentar yang menentang, menuduhnya tak bertanggung jawab atas kasus yang menimpanya, dianggap melempar tanggung jawab serta gak peduli dengan kondisi bangsa.

“Bagaimanapun juga, Ibu Sri Mulyani itu adalah seorang wanita. Hatinya tentu menangis saat di hujat, dihakimi massa, bahkan posternya dibakar”

Bahkan ada anggota partai Demokrat berjenis kelamin perempuan, mengatakan, “ Kita harusnya bangga dengan Ibu Sri Mulyani, sebagai Putri terbaik bangsa bisa di tunjuk jadi Director of World Bank Group, ingat dia itu Putri bukan Putra, dia perempuan bukan lelaki!”

Mengulang dan meyakinkan ke khalayak, kalo Sri Mulyani itu adalah perempuan, bukan lelaki.
Ya iyalah…semua orang juga tahu Ibu Sri Mulyani itu perempuan tulen. Bukan perempuan jadi-jadian yang berubah wujud.

Tahulah, dia membeli Ibu kita yang memang tangguh dan membuat seluruh mata kagum. Tapi mbok ya jangan diulang kata-kata yang menekankan kalo dia itu “perempuan “ itu jangan di ulang-ulang. Kesannya jadi malah meremehkan kemampuan Ibu Sri Mulyani dan mengesankan bahwa perempuan Indonesia itu lemah dan setiap kali punya jabatan tinggi itu harus diberi tempat istimewa.

Padahal barangkali, Ibu Sri Mulyani sendiri gak pernah berfikir apakah dia menganggap dirinya perempuan hebat yang bisa menduduki Jabatan Menteri Keuangan RI. Dia menganggap itu adalah hal biasa saja dalam hidupnya dan mengedepankan masalah sikap professionalism semata.

Kita acapkali lupa…

Sering banget mengumandangkan lagu Ibu Kartini, menyuarakan kesetaraan gender dan menginginkan persamaan hak antara lelaki dan wanita. Tapi sebagai wanita, kita sering sekali melemahkan diri sendiri dengan memaklumi tindakan tidak professional dengan menangis atau memberi kelonggaran pada diri sendiri dengan mengatakan, “maklum sebagai wanita, kita ini sensitive wajar kalau kita menangis”

Loh??

Kalo sikap wanita (khususnya wanita Indonesia) seperti ini, artinya wanita selalu mengandalkan senjata dengan menonjolkan kelemahannya. Kalo begitu, kapan kita dianggap setara dengan lelaki?

Please deh…

Wahai perempuan-perempuan, jangan terlalu sering melemahkan diri sendiri. Setiap kita mengemban amanat, tugas atau tanggung jawab kita bukanlah sebagai perempuan atau lelaki lagi, tapi sebagai seorang professional yang dianggap mampu untuk mengemban tanggung jawab. Bila di kemudian hari terjadi masalah, ya kita harus bertanggung jawab sebagai seorang professional juga.

For Ibu Sri Mulyani, beliau sudah mengambil keputusan yang tepat dan professional dalam hidupnya. Sebagai Menteri Keuangan beliaupun sudah melakukan jalan yang terbaik untuk menyelamatkan bangsa. Meski ujungnya akhirnya menjadi sangat bermasalah dan beliau yang harus bertanggung jawab.

Meski Pansus Century dengan membuatnya menjadi serba salah : disuruh mundur, begitu mundur dituduh mental keripik dan tak mau tanggung jawab. Trus maunya gimana????

Urusan hukum dan kasus Bank Century bukanlah Close Case. Penyelidikan terus berlangsung dan beliau bisa diperiksa kapan saja, dimana saja. Beliau adalah seorang Ilmuwan, akademisi dan berkarier dari awal memang sebagai ekonom professional, bukan dengan muatan politis sama sekali.



14 comments on "Sri Mulyani dan Kesetaraan Gender"

gooo blog on 14 May 2010 at 10:39 said...

Pertamax....

Naiz posting tik...

aQ suka banget....

anak hujan on 14 May 2010 at 10:40 said...

Yup....
bener banget...
Sri Mulyani di mataku adalah seorang yang sangat hebat. Nggak semua orang bisa profesional kayak gtu. Terlepas dari permasalah gender tentunya.

Dimas on 14 May 2010 at 11:28 said...

karikaturnya oke, tapi nggak berani komentar ah menyangkut negara hehe...

Artikel Internet Online on 14 May 2010 at 11:29 said...

ternyata itik kritis juga ya soal permasalahan negara...

Pujangga Rindu on 14 May 2010 at 18:32 said...

Wah ternyata si Itik update juga ya..
Hehehe...Pissssssssssssss!

ureh on 14 May 2010 at 19:10 said...

tikhol=itikholic,haalah..biarpun bukan 21 April,tapi semangat kartini tetap ada,mantap nih itik..
BTW,tik..dulu pernah nanya cara bikin komik, ditempatku udah ada infonya tuh :h:

CLara on 14 May 2010 at 20:03 said...

urusan Bu Mulyani aku ga ngerti, tapi aku setuju kalo sebagai perempuan ga harus menonjolkan kelemahannya. justru harus jadi perempuan yg kuat yg ga mengandalkan air mata...

TS Frima on 15 May 2010 at 08:12 said...

have a nice weekend :)

nietha on 15 May 2010 at 17:04 said...

mantap postingannya tik.. kalau bangga karena kamu perempuan hebat yang bisa nulis bagus gini ga boleh ya tik?

Fais Wahid on 16 May 2010 at 08:11 said...

pY weekend...

Vicky Laurentina on 16 May 2010 at 12:22 said...

Jujur aja, saya feminis. Tapi saya bosen juga baca komentar-komentar yang bilang bahwa Bu Ani hebat bisa ini-itu PADAHAL dia perempuan. Itu dua fakta yang sama sekali nggak ada hubungannya. Bu Ani bisa hebat coz dos-q memang pintar, pekerja keras, dan sifat lain sebagainya, yang mana sifat-sifat itu bisa dimiliki kelamin apapun, entah itu perempuan atau laki-laki.

Saya nggak setuju kita harus mengejar-ngejar target harus ada perempuan sekian persen di kabinet menteri, sekian persen di DPR, sekian persen di partai politik. Mbok pilihlah orang karena dia mampu mengerjakan pekerjaan itu, bukan karena dia laki-laki atau perempuan. Feminis umumnya masih teriak-teriak aja minta jumlah perempuan diperbanyak untuk segala macam jabatan. Tapi mereka lupa bahwa perempuan yang mendapat prestasi kerja itu nggak boleh hanya sekedar karena dia perempuan, tapi juga karena memang dia kompeten.

Ninda Rahadi on 16 May 2010 at 18:42 said...

semoga bu sri lebih sukses lagi aja deh....

Miawruu on 16 May 2010 at 20:49 said...

pinter ga pinter hebat ga hebatnya ag ada kaitannya dg gender. Itu kembali ke diri masing2 emang pinter atau bego. kebetulan aja ibu Sri dia pinter dan dia wanita.

Btw... emang geleng2 juga liat tingkah demonstran. Dulu NGOTOTTTT banget nyuruh ibu sri mundur. Ehhh stelah beliau mengamini permintaan itu dan mundur, para demonstran malah ga puas bilang ga bertanggungjawab mundur gt aja. ckckckck maunya apa toh....

NanLimo on 17 May 2010 at 13:42 said...

dia "menangis" krena di korbankan atasan...!

Post a Comment

Thank for dropping comment here
Please do not make spam comments
Because spam comments will be removed

Blog Archive

 

Beauty Case Copyright 2009 Fashionholic Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting