Friday 4 December 2009

Stop Prejudice Start Caring



Judul postingan di atas saya ambil dari Logo kaos sebuah perusahaan. Sebenarnya saya pengin menggantinya dalam bahasa Indonesia. Namun sayang, rasanya belum ada kosa kata yang pas untuk menggambarkan kata-kata tersebut.

Stop Prejudice Start Caring mungkin artinya kurang lebih seperti ini : Berhentilah berprasangka buruk dan mulailah bersikap peduli.

Seperti kita tahu, tanggal 1 Desember kemarin merupakan Peringatan Hari AIDS sedunia. Banyak gerakan yang dilakukan untuk memerangi penyakit mengerikan ini dan tak sedikit pula gerakan untuk mendukung penderita AIDS.

Stigma di masyarakat yang begitu buruk tentang HIV menjadikan sebagian orang salah sangka terhadap penyakit ini. Terutama perlakuan yang kurang adil di masyarakat terhadap penderitanya.

Dari segi moralitas, pengidap HIV dianggap sebagai individu yang bejat, tak bermoral, suka berganti-ganti pasangan sehingga pantas bila dia terkena AIDS.

Sementara dari segi kehidupan bermasyarakat, pengidap HIV dianggap sebagai penular penyakit mematikan yang layak dijauhi, dikucilkan, tak boleh di sentuh, tak boleh menggunakan tempat makan dan minumnya walaupun sudah dicuci bersih.

Prasangka-prasangka buruk yang demikian itu timbul akibat ketidak tahuan dan ketidakmengertian akan seluk beluk penyakit AIDS. Memang sih, kelompok yang beresiko paling tinggi terkena HIV adalah yang memiliki perilaku suka berganti-ganti pasangan. Penularan tertinggi juga melalui hubungan seksual, namun patut diketahui, bahwa tak semua pengidap HIV tertular karena hal tersebut.

Saya pernah menonton tayangan di TV, ada seorang ibu yang terkena HIV karena tertular oleh suaminya yang suka berganti-ganti pasangan. Dan dari ibu inilah, dia menularkan kembali HIV ke putrinya. Lalu apakah, pengidap HIV seperti ini layak dijauhi?

Anggapan bahwa bersentuhan, makan dan minum dari piring bekas pengidap HIV (yang sudah dicuci bersih tentunya) akan menyebabkan tertular itupun juga tak benar, karena sesungguhnya penularan HIV bukan melalui sentuhan atau udara tetapi melalui :

75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 % diantaranya melalui hubungan homoseksual)

5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik)

3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar

90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap HIV

25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV.


Mungkin lebih baik kita, sebagai insan Black Community berhenti untuk berprasangka buruk terhadap pengidap HIV, karena apapun penyebabnya, mereka sudah menderita dengan stigma yang disandangnya sebagai penderita AIDS dan mulailah peduli untuk memerangi atau minimal tahu seluk beluk HIV dengan mencegah penularannya.

Pencegahan terbaik dari penularan HIV sendiri adalah melalui metode formula A-B-C

A = ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah

B = BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja

C = CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan kondom


Namun akhir-akhir ini metode pencegahan dengan menggunakan Condom banyak mendapatkan tentangan dan dianggap tidak efektif.

Hal ini karena menurut Black in News, yaitu sebuah laporan dari Customer Reports Magazine (1995) yang menyatakan bahwa pemeriksaan dengan mikroskop elektron dapat dilihat pori-pori kondom 10 kali lebih besar dari virus HIV.

Jadi dapat diumpamakan bahwa besarnya sperma seperti ukuran jeruk Garut, sedangkan kecilnya virus HIV seperti ukuran titik. Jadi, kondom dirancang untuk menjarangkan kehamilan, BUKAN untuk mencegah virus HIV/AIDS. (dikutip dari Era Muslim Digest, edisi The Dark Valentines).






10 comments on "Stop Prejudice Start Caring"

Unknown on 4 December 2009 at 14:44 said...

:m:

Clara on 4 December 2009 at 15:31 said...

slogannya keren, Yu
mau dong kaosnya...^^

eh iya, kadang kita masih salah tanggap ya sama penyakit AIDS itu sendiri, mungkin minim pengetahuan ya. saya kalo nggak baca info ini mungkin juga nggak akan tau sebenernya gimana sih penularan virus itu

NOOR'S on 4 December 2009 at 16:54 said...

Kita juga tidak bisa 100 % menyalahkan masyarakat yang terlanjur mempunyai stigma yang keliru terhadap HIV dan pengidapnya, karena asal muasal penyakit yang berkonotasi negatif sehingga stigma itu muncul. Yang terpenting sekarang, bagaimana menggalakkan penyuluhan dan penerangan agar masyarakat luas lebih mengerti...

Slamet Riyadi on 4 December 2009 at 17:58 said...

weleh, dah banyak juga ya tik ppostingan buat djarumb blognya?
hehehe
punyaku belum tuh, gaswat tenan...
nyusul nanti ahhhh

Sohra Rusdi on 4 December 2009 at 21:02 said...

sip dapat info AIDS yang lengkap dari sini

-Gek- on 5 December 2009 at 10:15 said...

:i:
Postinganmu keren2 banget.. jadi minder aku,, :)
Selamat berjuang non.

(AKU JUGA BERJUANGGGGG..!!!!) :k:

a-chen on 5 December 2009 at 13:25 said...

hihii, aku masih kecil, nggak ikut koment, mampir ajah... :-)

sahabat blogger on 6 December 2009 at 16:15 said...

Semuanya memang harus dimulai dari diri kita sendiri, berhati - hati tetap perlu tapi jangan terlalu..sungguh terrrrlaaalu..Jaga kesehatan dan hindari seks bebas.

Dan mungkin juga cukup mudah untuk bilang " Jangan jauhi mereka, jangan kucilkan mereka "..mengucilkan atau menjauhi mereka itu mungkin hanya reaksi spontan saja..kepedulian memang harus dimulai dari diri kita sendiri..semoga para penderita bisa segera lepas dari penderitaan ini dan mudah2an Tuhan segera menunjukkan pada kita semua apa obat nya..

Anonymous said...

salam kenal dari anita!

Mauren Fitri ID on 14 April 2010 at 06:39 said...

blog ke dua ayu yaa ?

http://mauren.doscom.org/2008/12/aids-and-rotaract.html

similar post, :)

Post a Comment

Thank for dropping comment here
Please do not make spam comments
Because spam comments will be removed

Blog Archive

 

Beauty Case Copyright 2009 Fashionholic Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting