Bangga Terhadap Produk Indonesia

Kita sudah pada tahu, kalau Cihampelas Bandung merupakan pusat penjualan Jeans murah, berbagai macam merk Jeans ditawarkan disana dengan harga yang sangat miring. Begitu juga di Cibaduyut, pusat pengrajin tas dan sepatu murah. Di Sidoarjo, daerah Tanggulangin merupakan sentra produksi tas dan koper terkenal dalam negeri, yang kualitas produknya tak kalah bagusnya dengan produk import.

Tapi patut disayangkan bahwa produk-produk itu jarang yang menggunakan merk Indonesia asli, Jeans produk Cihampelas lebih banyak atau bahkan semuanya, menggunakan merk aspal Levis, Lee Cooper, Lea daripada menggunakan merk Sumarna, Sriyati atau Indonesia Bangkit. Demikian juga tas produksi Cibaduyut maupun Tanggulangin, mereka lebih suka menggunakan merk D&G, Luois Vitton, Yves Saint Laurent ketimbang Widya, Bunga ataupun Kasih.

Kenapa mereka lebih suka memasang Brand asing ketimbang Merek diri sendiri?

Alasannya simple : Pembelinya lebih suka merek luar negeri sih !”. Lagian kan tinggal beli ‘peneng’ simbol logo merek terkenal tadi dengan harga tidak seberapa tapi memberi nilai jual jauh lebih tinggi.

Kita sendiri sebagai konsumen juga tampaknya lebih bangga menggunakan merk Luar Negeri, ketimbang merek dalam negeri. Walaupun aspal gak masalah, yang penting mereknya sama seperti yang dijual di butik atau di mall-mall ternama yang khusus menjual barang import. Permintaan konsumen yang seperti itulah, yang akhirnya membuat produsen kita juga mengikuti selera pasar.

Kalau kita mau bercermin, sebenarnya produk Dalam Negeri sendiri tak kalah kualitasnya dengan Produk asing, hal ini sudah dibuktikan oleh rokok Djarum Black yang diproduksi oleh PT. Djarum Indonesia Tbk.

Walaupun menggunakan Branding “Djarum” yang nota bene adalah bahasa Indonesia asli mereka mampu menembus persaingan ketat dengan Industri Cigarette Luar Negeri. Apalagi saat ini Djarum Black telah mengembangkan salah satu produknya yaitu Djarum Black Slimz, yang merupakan pemegang rekor rokok hitam terkecil di dunia.




Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa, pemerintah harusnya ikut bertanggung jawab dengan keadaan seperti ini. Membuat image brand Indonesia seolah-olah kualitasnya berada jauh di bawah kualitas produk asing, karena dalam setiap pameran kerajinan, bazaar ataupun pasar murah, panitia penyelenggara yang didukung oleh instansi pemerintah, tak berusaha ‘menyadarkan’ peserta pameran.

Pemerintah mungkin punya andil dalam hal ini, namun sebenarnya yang lebih berperan penting dalam membudayakan bangga dan cinta dengan produk dalam negeri adalah kita sendiri sebagai konsumen.