Monday, 19 April 2010
Negeri Tanpa Pemimpin
Meski telah berlalu, tragedi bentrokan Koja masih menyisakan kepedihan yang mendalam bagi semua pihak. 3 orang tewas dan belasan lainnya luka-luka. Bentrokan itu terjadi tanpa terkendali. Masing-masing pihak merasa benar, dan masing-masing pihak menyalahkan dan harus ada yang disalahkan.
Lalu siapa yang bertanggung jawab?
Tak ada yang mengaku dan membusungkan dada seperti pada saat janji-janji kampanye sebelum semua pemimpin daerah itu terpilih. Kalau boleh jujur, pasti banyak yang bilang : menyesal saya telah memilih bapak A, atau menyesal saya telah memilihi Bapak B menjadi pemimpin yang ternyata tak mampu memimpin, tak mampu mengemban amanat dan terlebih lagi tak mampu mengambil keputusan.
Semua stasiun televisi menayangkan berita tentang terjadinya bentrokan Koja ini. Dari beberapa mulai sebelum terjadinya bentrokan sampai saat situasi mulai memanas dan kemudian di hari yang paling menyedihkan terjadinya bentrokan berdarah itu.
Lalu kemana pemimpin-pemimpin kita saat itu?
Jawabannya simple : Menonton tayangan berita di Teve dan mengikuti perkembangannya dong!
Hanya menonton saudara-saudara.
Padahal, kalau mereka mau bertindak, masih cukup waktu yang lama hingga berhari-hari buat mereka untuk bisa mengambil keputusan hingga bisa mencegah timbulnya bentrokan sesama saudara kita.
Sesudah selesai bentrokan, sesudah menelan korban nyawa, setelah kerusakan yang begitu parah, setelah warga marah, barulah semua pemimpin keluar dan meminta maaf, menyesalkan apa yang terjadi dan menyalahkan bawahannya karena tak mampu mengambil keputusan. Barulah mediasi, negoisasi ulang dan sosialisasi dilakukan.
Ketika rakyat minta pertanggung jawaban pemimpin, semua mengelak dan seolah olah mereka mengatakan : Kok saya aja sebagai pemimpin disalahkan? Seharusnya rakyat juga ngerti dong kalo pemimpin juga manusia, punya kelemahan dan kekurangan.
Bapak dan Ibu, sadarkah jika anda dibayar dan digaji besar dari pajak hasil uang Rakyat, anda dipilih untuk jadi pemimpin, dimuliakan dengan fasilitas mobil dinas dan kantor ber ac yang cukup sejuk, tunjangan tiap bulan yang memadai.
Masih kurang? Anda mendapatkan renumerasi atas jasa anda, uang pensiun yang menjamin hari tua anda. Semuanya adalah pajak dari uang Rakyat. Anda minta dipilih, kalau merasa tidak mampu jadi pemimpin ya jangan jadi pemimpin, karena memang itulah tugas dan resiko jadi pemimpin.
Kalau kemudian rakyat krisis kepercayaan lalu memilih calon pemimpin dari Artis yang sama sekali tak punya latar belakang politik, pendidikan yang memadai dan bahkan awalnya hanyalah artis Dangdut yang hobby pakai baju kurang bahan dan dicela bisanya geal geol kanan dan kiri saja, apa itu salah????
Setidaknya, para artis tersebut lebih jujur terhadap diri sendiri, tidak korupsi dan tidak menggelapkan pajak serta berani menghadapi segala hujatan seberapapun resikonya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
7 comments on "Negeri Tanpa Pemimpin"
saya juga butuh!!
ya, betapa tak bertanggung jawab pemimpin sekarang yang cuma suka berdiam diri saja
pemimpin di sini kenapa ya seperti itu? makan gaji buta...ahakakakka...
wah,berat nih topik bahasannya,ikut nyimak aja deh. .met siang ya itik.
susah tik..sekarang ini untuk mencari pemimpin yang betul-betul mengabdi untuk rakyat......
kaya yg dikatakan di teve kemaren
para pemimpin bikin siasat "WATCH AND LEARN" tapi yg sepertinya cuma watch aja deh
Begitulah kalo pemimpin tidak punya sense of humanity :(
Post a Comment
Thank for dropping comment here
Please do not make spam comments
Because spam comments will be removed